“Apa
yang ada di sampingku itulah teman. Teman tidur malam. Teman di setiap aku
dihantam banyak fikir. Teman segala jenis aktivitasku di rumah. Entah apa yang
membuat perasaan ini lebih memilih ia sebagai teman sejati. Tak dapat
dipungkiri, ia selalu mengerti dan membuat rasa tersendiri. Intuisiku memang
terbatas di rutinitasku di dunia pendidikanku yang aku tempuh. Tetapi kali ini,
aku membuat imajinasi sendiri. Dari sebuah kebiasaan yang nyata. Dia telah
mengenalku. Kalaupun ia bisa menyamar seperti manusia sepertiku. Tidak menutup
kemungkinan dan pasti, aku akan menjadikan dia pendamping hidupku. Entah apa
yang ada dalam fikir ini. Memang tidak untuk kalian. Tapi ini tentang perasaan.
Perasaanku dan perasaan dia.”
Suasana petang, saat aku
berlabuh menuju rumah. Jelas malam waktu itu. Tanpa ada sebercak cahaya. Aku
bersama mbak ponakan. Jalan kanan kiri sepi tanpa ada suara. Memang hanya kami
yang melewati jalan saat itu. Entah apa yang membuat Mbak tiba-tiba
mengendorkan gas motornya, dan mengerem secara mendadak. Aku merasa kaget dan
sedikit tersodok ke depan.
“Persis di depan kita, ada apa itu ya adik Mongka”
“memangnya ada apa Mbak?”
“Sepertinya ada tikus, atau ular yang kesakitan”
Kami mencoba turun dan
melihat apa yang ada. Memang tak sejelas apa yang kami rasa. Entah tikus, ular
atau apa. Kami mendekati dan tenyata itu adalah kucing. Anak kucing yang masih
kecil, sangat kecil. Kulihat merahnya membuat kami sedikit takut. Banyak
luka-luka sekujur kakinya. Kami binggung harus melakukan apa. Karena mbak saya
suka memelihara hewan, dan bertepatan yaitu hewan yang dipelihara adalah
kucing. Tapi fikirku dengan keadaan seperti ini, apakah Mbak mau ya. Karena aku
kasihan dengan kucing itu aku mencoba untuk membujuk Mbak. Agar dibawa dan
dirawat. Jelas kasihan sekali. Kucing yang baru lahir ini entah dibuang oleh
orang yang punya, atau sengaja ditinggalkan ibunya. Sungguh malang nasib kucing
ini. Dengan bujukan yang jelas, aku merasa kasihan. Mengugah hati mbak.
“gimana ini mbak, kasihan kucing ini. Kan mbak juga memelihara banyak kucing di
rumah. Jadi bagaimana kalau kucing ini dipelihara digabungkan sama punya mbak.”
“Tapi punya mbak sudah banyak.”
“ya sudah, dipelihara mbak dulu setelah lukanya sembuh, Mongka yang akan
memeliharanya.”
“Baiklah, Mongka. Mari sekarang kita bawa pulang”
kami melirik kanan kiri
sangat gelap, segera kami pulang membawa kucing ini. Sayup-sayup kesakitan yang
tak jelas terdengar mampu aku rasakan. Kini kucing telah terwadahi platik.
Sabarlah kau akan segera diobati dan dirawat mbak saya.
Kucing ada di rumah mbak.
Selama kucing ini di rumah mbak aku selalu menanyakan kabar setiap hari. Karena
rasa sayangku muncul dari kasihan melihat keadaan kucing. Setiap minggupun aku
selalu menjengguk. Entah mengapa aku tiba-tiba menyukai kucing. Entah perasaan
apa yang membuat aku sayang padanya. Tepat tiga minggu berada di rumah mbak.
Kucing sudah sembuh dan bugar. Penampilan yang berbeda, ketika aku melihat
bukan seperti kucing yang aku temui saat malam itu. Malam yang mencekam, hanya
ringgikan tangis meong, meong. Kini bisa berjalan dan bulu indah membuat aku
lebih jatuh cinta padanya. Kenapa aku suka, ya karena kelucuannya.
Hari-hariku selalu
diiringi ringgikan kucing. Sebelumnya memang aku juga mempunyai kucing, bernama
Ollen. Yang tiba-tiba mati secara tidak wajar. Dan sekarang aku mempunyai
kucing baru. Aku memberikan nama Molly, nama yang terlintas secara tak terduga.
Aku mengawali dengan panggilan Molly, tanpa ada syukuran nama, acara khusus
yang sakral. Demi memperoleh nama ini, hanya sebatas identitas. Karena semua
dengan identitas, apapun yang melekat di jiwa hewan pasti akan merasa nyaman.
Molly tak berontak dengan nama yang aku berikan, seakan-akan lebih indah dari
pada kucing. Keluarga aku kenalkan dengan nama teman baruku yaitu Molly. Jadi
keluargaku kalau memanggil, harap memamngil Molly. Aku senang keluargaku
menerima teman baruku.
Keseharian Molly
kebutuhan batinya makan, minum, kecing, buang air besar. Jelasnya tidur serta
meringgik meong setiap perjalannya. Entah kenapa Ibu tiba tidak suka dengan
Molly, karena ulahnya setiap harinya yaitu kecing sembarangan, buang air besar
dimana-mana. Sehingga menimbulkan bau yang tidak enak. Itulah yang membuat Molly
lebih tidak disukai. Aku akhirnya mencoba berfikir, dan tanya-tanya ke mbak.
Mungkin mbak ada saran. Setelah aku bertanya-tanya kepada mbak. Aku disuruh
mencari informasi di internet. Bagaimana cara merawat dan membiasakan
kebiasaan lama , jelek menjadi kebiasaan yang baik, yang akhirnya keluarga juga
senang dengan Molly, tidak hanya aku saja.
Butuh tiga minggu melatih
Molly untuk tidak berak dan kecing sembarangan. Dengan hasil pelatihan aku
dapatkan tingkah laku Molly sudah berubah. Kecing dan berak di tempat yang
sudah aku sediakan.
Molly
kaulah engkau mau menemaniku
Jangan pernah ragu menemani aku untuk saat ini saja
Tapi temanilah aku di kala aku sedih dan gelisah
Kau tak sekedar teman hidupku setiap waktu
Tapi kau seakan membuat kebiasaanku juga berubah
Kau bangunkan aku sebelum subuh datang
Kau jemput aku depan pintu ketika aku datang
Tapi saat ini kau sedang sakit, kau jelas tidak seperti biasanya
Andai saja kau dapat bersuara, katakanlah di sebelah mana sakitnya
Setiap aku mau berangkat
sekolah, seakan Molly ingin mengikutiku. Aku terpaksa menutup pintu. Seakan tak
ingin lepas Molly dari aku. Kehidupanku selama ini, yang sedih dengan nasib
cinta dan permasalahan yang membekal dan tiba-tiba masalah itu datang
menghampiri aku. Molly teman aku. Dialah yang lebih mengerti dari semua orang
yang mampu berfikir.
Aku pulang sekolah selalu
dijemput Molly depan pintu, suara bising kendaraan ini telah Molly hafalkan
setiap harinya. Tetapi jika ada suara bising kendaraan lain, ia tak akan berada
di depan pintu. Hanya aku yang Molly hafalkan. Suaraku, suara kendaraanku. Aku
telah menyayangi dirinya. Saat aku kelam akan rasa sakit dengan nasib cinta, Molly
yang selalu mengerti aku. Setiap manusia pasti memiliki hewan kesayangan, ya
seperti aku ini. Jangan pernah engkau cap aku aneh.
Kapan Molly tak
meringgik, setiap hari selalu meringgik. Tapi berbeda dengan ringgikan
sekarang, Molly sakit dan tak tahu apa yang sekarang Molly rasakan. Aku justru
sedikit tak tahu dengan apa yang ia rasa, sedih ataukah bahagia. Aku sedikit
gelisah saat ini, melihat apa yang terjadi pada Molly. Karena siapa lagi yang
membuat aku tertawa setiap harinya, menemani aku tidur malam, dan meramaikan
isi rumah ini. Molly lah yang mengisi semua kesepian di rumah ini. Tak pernah
sebelumnya ada Molly rumah ini rame. Hatiku juga rame, selalu ceria bersama
Molly.
Apa
yang engkau rasakan , aku tahu
Kau sedikit bungkam, karena kesakitnmu
Kau tak mau makan, ya seperti aku saat sakit
Semoga engkau lekas sembuh,
Di pelukku malam ini
Cara apa lagi yang akan
aku lakukan. Aku periksakan , obati dan rawat. Semua sudah dilakukan. Tetap saja
kau tak ada peningkatan kesehatan. Sakit apa. Sakitnya di mana. Andaikan kau
bisa berbicara bicaralah. Karena rasaku untuk memahamimu terbatas. Itu diriku
yang keliru. Tak pernah memahami yang engkau rasa dan engkau mau. Tetapi saat
aku sedih dan bahagia, engkau selalu ada , engkau selalu menghibur aku.
Kursi dan Kopi, 12
November 2014
Sumber sampul: Inspirasi.co
Comments
Post a Comment