Jurang Gupit



Tindakan Orang-orang Bertopeng membuat perencanaan berlian, dipatahkan dengan Manusia Pengendara. Takut membuat bibir berucap. Ucapan memborgol tangan. Tangan berbicara tujuan. Tujuan menghidupi kesengsaraan pemerintah setempat. Pemerintah yang tugasnya hanya memerintah.

        Jalan menuju arah Kota Bojonegoro di perbatasan wilayah selatan disandra pohon-pohon besar. Bangunan rumah dapat terhitung jari-jari, namun pohon-pohon dominan meraut seluruh jalan sepanjang 16 km yang sepi. Sekujur tubuh jalan terhina ketika malam. Malam adalah emas bagi segerombolan Orang-Orang Bertopeng. Senjata-senjata seperti; pistol, golok, dan pisau dimasukan dalam ikatan celana. Menghentikan gerak mereka sama artinya bunuh diri sia-sia. Orang Bertopeng 1 sebagai otak segala drama dan treatikal aksi.  Hubungan-hubungan melebihi segalanya, tidak pernah ada yang mengetahui asal dari mana, namanya siapa, jelas-jelas sekelompok Orang-orang Bertopeng ketika malam mebabi buta apa yang lewat.Malam memberikan kesempatan bagi makhluk halus untuk mengoda manusia. Manusia mengoda manusia. Jurang Gupit adalah tempat yang menakutkan bagi warga setempat, permainan malam dibuat ujung tombak menerobos jiwa yang takut. Memberanikan diri justru mengumpatkan pada malam. Pohon-pohon jati menopang lirik gerak seperti raksasa pengintai malam. Saksi-saksi semua dimiliki mata rerumputan pinggiran jalan. Mata menenggok suasana mencekam di sekeliling wajah yang curam. Terselidiki hewan-hewan liar, ketika menjadi sekupas bangkai busuk. Piaraan-piaraan jalan lepas terperosok dan menjerit. Tipuan hawa menyelinap bersama udara. Jurang Gupit memiliki kisah tersendiri sepanjang masa. Siang dijadikan bungkam untuk memakan. Malam anugrah kemuliaan nyawa, harta, dan tahta. Warga sekitar tak sesekali mendekat ketika malam datang. Manusia-manusia yang tahu akan mengurungkan niat berjalan. Menghentikan sejenak dan memejamkan mata dikeramaian jalan. Berhenti tidak akan mati dalam kesengsaraan hidup, berjalan. Nekat melawan tertumpas, menghirup udara yang bebas. Kail-kail dan umpan diterkam pelukan kesiapan mencari ikan sekujur jalan, waktu malam.
Hewan-hewan dianggap musuh pencudang yang tidak menilik pada kerasnya hidup. Hewan-hewan buas berkeliaran mencari mangsa, siapa lagi kalau bukan Orang-orang Bertopeng. Selalu ada di sepanjang jalan, pada malam yang jelas-jelas mencekam. Jurang Gupit dijadikan lokasi utama dalam menyandra pengendara. Padahal tempat yang angker, banyak kecelakaan yang tergulung-gulung, hingga satu bis mati. Belum lagi pengendara sepeda motor yang dibuatnya tipuan pengelihatan mata. Belum juga mobil pribadi yang tiba-tiba terpelosok masuk ke dalam jurang. Kepala-kepala yang berani adalah nyawa dimiliki seluruh Orang-orang Bertopeng. Setan tidak mereka takuti sama sekali. Pegangan setiap Orang-orang Bertopeng dapat megalahkan setan-setan yang nampak dan menakutkan. Pembuat jalan waktu dulu, menguntungkan Orang-orang Bertopeng. Tidak pernah membunuh secara langsung, membuat segala tetap hidup dan berbagi sedikit rejeki demi kesejahteraan.
Plang-plang jalan tidak menunjukan tempat itu adalah angker, menakutkan. Siapa saja manusia yang berani memberi petunjuk seperti itu, akan diganyang anak buah Orang Bertopeng. Warga sekitar lebih diam melihat kejadian malam yang menakutkan. Malam hanyalah untuk kehidupan setan, hewan buas dan Orang-orang Bertopeng di sepanjang jalan. Aspal-aspal yang berlubang memberi keuntungan sendiri, jelas para pengendara tidak kencang dalam berkendara. Jalan sepanjang perbatasan Ngawi berkelok, tikungan tajam, berlubang, membunuh  ribuan nyawa dan mencelakakan manusia menderita melewati jalan itu. Seluruh pengendara, sepedah motor, mobil pribadi, truk, sepenuhnya tak tahu menahu tentang situasi sepanjang jalan dan keberadaan Jurang Gupit, apalagi Orang-orang Bertopeng. Semuanya berkelok, tajam dan menyeramkan tidak akan hafal mata ketika malam membuat acuan mana Jurang Gupit dan mana jurang-jurang yang lain.
Aksi malam didiskusikan dalam tempat yang tersembunyi, cara yang diolah matang mengincar apa yang melewati jalan sejarak 16 km dari Jurang Gupit. Mata-mata disebar ke seluruh perbatasan memasuki sepanjang jalan. Tanda ada atau tidaknya, menjelang hp berbunyi di tangan Orang-orang Bertopeng. Sepandai tupai dalam bergerak cepat. Kuliah yang mereka lakukan di jurusan pencurian, perampokan, penikaman, hipnotis, dan pembunuhan. Kuliah yang bermodal keberanian mental, dan berani membunuh. Adegan-adegan terkupas dalam seluruh aksi. Perlakuan niat dimiliki dan dibimbing dari sebuah mata, yang telah mematai simbol-simbol keberanian di seluruh kelakuan hidup.   
                                   Orang Bertopeng 1 : Semua strategi sudah terselesaikan. Alat-alat pembunuh disiapkan dan ambil di gudang persenjataan.
            Anak Buah Bertopeng: Ya semua sudah disiapkan secara matang Mbah.
Orang Bertopeng 1 : Ilmu yang sudah didapat tetap digunakan seperti biasa, jangan membunuh.
Anak Buah Bertopeng: Kami masih ingat, membunuh adalah perbuatan menikam jantung sendiri kan.
Persiapan yang telah difikirkan sesuai rencana. Tulang-tulang dilapisi dengan minyak tawon yang berisi kasiat kuat. Sarung-sarung terkumpul di sebuah peti kembang tujuh rupa. Orang-orang Bertopeng tidak untuk membunuh, mengambil dan membuat manusia yang disandra dan disekap tetap hidup. Suasana gudang mendebarkan seluruh segerombolan Orang-orang Bertopeng. Mandat membunuh dibuang jauh dalam peralatan membunuh. Lapis darah yang tersisa adalah darah kematian hewan. Kulit menawarkan setan yang akan menganggu treatikal di Jurang Gupit. Angin-angin berhembus lebih kencang menandakan kemercing petanda perbatasan telah ada yang datang. Penjuru-penjuru perbatasan adalah wajah tersembunyi dalam keadaan berbaur hidup siang dan malam, pemberi kabar dan informasi tersembunyi. Orang-orang Bertopeng di perbatasan menelingkup sasaran yang matang, kesalahan akan dilumuri darah sendiri sebagai bukti hukuman.
Berjalan menelusuri seluruh jalan, menuju Jurang Gupit. Nyanyian kematian tercengang seluruh nadi dalam kegagalan. Malam-malam membuat segerombolan Orang-orang Bertopeng mendayungkan hawa ketakutan, pohon-pohon seperti raksasa, hewan-hewan buas, setan-setan bergerak menjauhi langkah menakutkan. Semua takut dengan semerbak wewangian yang membuat pening suasana malam. Pohon-pohon layu, setan-setan bersembunyi, hewan-hewan berkeliaran kembali ke kandang, rumput-rumput memasang wajah kerut, dan aspal-aspal kesakitan dengan langkah-langkah membumikan seluruh malam di sepanjang jalan Margomulyo.
*
Penantian bersama nyamuk-nyamuk yang bersembunyi di seluruh daun-daun. Mondar-mandir melintasi jalan. Pukulan-pukulan lembut menyangga kepala. Sarung dipakai menutupi wajah. Ala-alat pembunuh meletuskan ketakutan malam. Mantra-mantra ajaran diomat-amitkan secara cepat. Malam. Orang-orang Bertopeng. Wasiat penjuru perbatasan memberi tanda, kedekatan mulai mendekat. Lampu akan terpancar sejauh mungkin menuju Jurang Gupit. Lawakan-lawakan katak berbunyi membuat tersentak aksi akan menjadi-jadi. Meletuskan sayap kabar dari penjuru perbatasan. Duduk menyapa malam yang bersahabat, kematian.
Lampu telah terporak jauh menyoroti Jurang Gupit, Manusia Pengendara mendekati Jurang Gupit. Leher-leher Orang-orang Bertopeng berkeringat membasahi sekujur tubuh. Orang Bertopeng 1 meniupkan asap rokok jauh dari lokasi,  tugasnya menerima dan memberi kutipan kata yang indah. Permainan kata-kata mengelabuhi Sandra. Berpuisi membuatnya tidak membuat susanana menyeramkan. Persiapan kata yang sama, akan dilontarkan kepada seluruh sadra.
Hei, hei, kami di sini tidak ingin mengotori senjata dengan darah
Parang ,
Hei-, hei kami ragu membuang peluru melewati kepalamu
Pistol,
Hei,hei kami takut tulang-tulangmu remuk menusuk
Pisau,
Hei,hei luka mendekati nyawa, satu luka tak apa
Kalau seratus luka tertanam, nyawa melayang
Orang Bertopeng 1 selalu membacakan sajak perampasan. Tidak membutuhkan kematian, karena kematian akan membuat fikiran seluruh Orang-orang Bertopeng tidak tenang. Sekujur tubuh akan mati pula, sepanjang malam bermimpi tentang kematian. Kematian akan mengejar Orang-orang Bertopeng. Bijaksana dalam urusan hati. Ketika malam berarti semua yang lewat sesuai tanda dari penjuru perbatasan tak akan pernah mati. Memberikan apa yang Manusia Pengendara punya, caranya dalam malam. Tanpa jejak, dengan ancaman estafet kematian dengan pistol.
Manusia Pengendara akan tercenggang ketakutan, memilih untuk memberikan apa yang dipunya. Nyawa segalanya mencari apa yang dipunya., sebaliknya apa yang dipunya tidak akan bisa mengantikan nyawa.  Seluruhnya indra disuruh berdiam dan dilarang mengikuti jejak.  Barang yang diambil , pemberian secara tidak ikhlas dalam urusan malam. Dilarang mencari dan lapor ke polisi. Manusia Pengendara hanya ditali di sebatang pohon yang besar. Berteriak boleh di waktu pagi menyapa, malam dilarang berteriak. Hewan-hewan setelah hilangnya wewangian akan keluar kandang, setan-setan bergentayangan. Manusia pengendara akan takut. Mau tidak mau akan menuruti perkataan Orang Bertopeng 1.  Malam bukan kematian berada dalam hutan, malam adalah kematian apabila melawan. Malam ialah ketakutan mendekati Jurang Gupit.
**
Manusia pengendara mendekat, Anak Buah Bertopeng menghadang jalan. Terjadi pertikain dalam sebuah omongan. Perlawanan akan tariknya pelatuk pistol. Dua kata pistol menyala. Teriak-teriak pisau menyambar jantung. Banyak gerak tebasan golok mengelakan usus-usus. Manusia pengendara turut dengan hipnotis, diam dan menyuruh menyerahkan seluruh apa yang dipunya. Manusia Pengedara dibawa menuju Orang Bertopeng 1 duduk-duduk. Orang Bertopeng 1 mengeluarkan ajakan, perlakuan baik sesuai etika dalam ajaran merampas. Semuanya mulus , rencana berjalan sesuai rencana.
Manusia Pengendara diam dan menyerahkan apa saja. Diam dan tersontak kebinggungan dalam sebuah depresi akan dibunuh. Manusia Pengendara diam melontarkan niatan kabur dan lari ke pelosok dalam hutan. Akan mau ditali mengulungkan diri ke anak Jurang Gupit. Jurang Gupit menyulitkan Orang-orang Bertopeng menangkapnya.
Orang Bertopeng 1: Hei, kalau kamu tidak kembali akan kami bunuh dengan pistol.
Manusia Pengendara: Kalau memang bisa silahkan bunuh saja.
Orang Bertopeng 1: Baiklah, kami akan turun dan membinasakan kamu.
Manusia Pengendara: Silahkan turun saya tunggu di sini.
Luka bekas, tersambar ranting-ranting dan batu-batu yang ada dalam jurang. Manusia Pengendara mengetahui makna sebuah sajak yang telah dilontarkan. Anggapan Manusia Pengendara, semua Orang-orang Bertopeng tidak akan berani membunuh. Karena membunuh akan menimbulkan polisi mencari jejak dan sidik jari yang ada. Keamanan juga akan mengancam segerombolan Orang-orang Bertopeng. Manusia Pengendara cukup cerdas dalam pemaknaan kata. Dalam langkah pertama seharusnya dia telah dibacok karena mencoba melawan dengan teriakan. Tetapi juga tidak dibacok dan dibiarkan hidup. dilengkapi dengan ceramah Orang Bertopeng 1 , menjadikan kejelasan. Bahwa Orang-orang Bertopeng tidak akan rela membunuh.
Manusia Pengendara tetap berada di bawah anak Jurang Gupit, setan telah keluar bersama dengan hilangnya Orang-orang Bertopeng. Manusia Pengendara ketakutan dan melangkahkan kaki untuk berlari dan berlari. Ketakutan pertama telah membuat jantungnya meningkat, apalagi dengan nampaknya setan yang mengacau ketakutan sebelumnya. Manusia Pengendara lari selama 1 hari melewati hutan, rumah-rumah penduduk, sungai, dan bengawan. Anehnya Manusia Pengendara tidak minta tolong dan bertanya kepada warga yang dijumpainya waktu pelarian. Begawanpun direnangi sampai mencapai tepian. Manusia Pengendara sungguh gila dengan ketakutan yang telah dialami.
Dia melaporkan semua kejadian ke Polsek Jawa Tengah, dia menceritakan semua apa yang telah terjadi. Pada pelarian dan penangkapan dari Orang-orang Bertopeng. Khususnya ketakutan dengan keberadaan isi Jurang Gupit.

***
Orang Bertopeng 1 dan seluruh anak buahnya dengan kepandaian polisi menyelidiki kejadian yang ada, akhirya ditangkap. Orang Bertopeng 1 memberikan penjelasan kepada polisi, bahwa membunuh tidak perlu. Tujuan utama adalah sebuah harta. Harta dibagikan  untuk memodali seluruh pengarapan tegalan dan reboisasi tumbuhan jati. Orang Bertopeng 1, mengawali dengan perampasan agar pemerintah setempat bisa melihat kejadian yang ada. Jalan hancur, pohon jati mulai habis, penganguran tidak diperhatikan. Layu kehidupan. Semua ada di Jurang Gupit.



Sumber Sampul: tabloidtrend.com

Comments