Pelakunya adalah Kulit
Sawo. Suasana Mengikuti siang. Mengecam kata dan makna yang selalu
dipersalahkan dalam urusan mencipta karya. Dirinya memiliki pemikiran bahwa
semua karya, memang pertamanya menjadi sampah. Tetapi bagaimana caranya sampah
itu dapat didaur ulang. Untuk dapat membuat orang-orang yang memasukan karya
dalam tong sampah. Tercenggang seumur hidup.
--------------------------------------------------------------------------------------------------
Ruas-ruas kata yang baik,
pasti akan ada sedikit atau banyak yang tidak layak. Elipsis akan membunuh
semua kata-kata yang telah kalian susun. Tiba saatnya melawan elipsis dalam
sebuah pemikiran yang dapat menguntungkan diri. Hujan turun juga tak
selalu membawa kebahagian bagi petani, sebaliknya dapat membuat lahan mereka
terbenam dan menyebakan bencana alam. Alam saja yang dianggap baik selalu
membuat kita binggung menebak apa yang akan dilakukan, apalagi manusia yang
hanya mengeluarkan celoteh kata busuk, dapat menyakitkan hati hingga depresi.
Itu adalah salah. Karya adalah anugrah terbesar dari nyawa.
Kulit Sawo I :
Lagu yang aku nyanyikan
asli dari jeruji hati. Kau sedikitpun tak terengkuh memaknai. Aku memang bukan
siapa-siapa di matamu. Setidaknya aku tanyakan lagu ini kepada seluruh orang.
Dia memaknai dan memberikan ungkapan dan sanjungan. Kalaupun saran yang kau
berikan jelek akan aku pahami. Seucap kau memaknai dengan kata “nadanya sama”.
Tidaklah kau benar-benar memaknai sebuah karya. Memang itu adalah mental yang
harus dijalani oleh seorang pencipta, baik-buruknya saran akan membangun lagu
yang lebih baik.
Kulit Sawo II :
Setidaknya kau berikan
yang terbaik saran itu, sedikitlah. Bukan semuanya adalah jelek. Kalaupun lagu
itu adalah yang tidak berharga bagimu. Akan aku rubah pola fikirku tentang
keadaan yang sebenarnya. Melihat lagu untuk mereka, mereka yang mau
mendengarkan lagu-laguku. Kapan aku dapat mencari pemakna lagu yang tepat.
Kalau sudah diperlakuan begini semua, maka semua penulis lagu dan dibawakan dia
sendiri akan mati kata. Bisa-bisa tidak mau menulis, tetapi untuk penulis yang
peka, akan sebaliknya kasus ini akan dijadikan tulisan dengan sekritis mungkin.
Kulit Sawo III :
Ha, ha, ha, ha, kini
waktu untuk membuat seorang bisa melihat diriku. Aku membuat pengecualian
terhadap diri dan karya yang aku ciptakan. Serumit apapun kesulitan itu akan
aku hapus sendiri. Bahkan setiap aku meminta mereka menerkam kata-kata dalam
laguku, aku akan selalu memacu diriku untuk tetap kuat dalam urusan sindiran
kata. Aku telah terjebak mencipta lagu dalam renungan setiap malamku karena
sebuah cinta. Kalaupun semua orang bilang aku akan membuat keputusan sendiri,
memang itu sebuah tulisan apa adanya. Ya beginilah tulisanku.
Kulit Sawo IV :
Aku alami dengan hidup
sendiri dan mencoba berbaur menilik cerita masing-masing orang yang dekat
denganku. Lagu-laguku aku ciptakan dari adaptasi yang telah aku edit
berkali-kali. Itupun belum memuaskan segala bentuk kata yang aku adopsi. Sering
aku melihat kenyataan, bukan aku mencari pilihan kata-kata yang indah, namun
tidak sesuai dengan kenyataan. Justru itu yang akan membunuh aku dalam mencipta
lagu. Saat ini aku memiliki banyak ide yang tertanam dalam fikir, tulisan yang
korup, melihat film, dan semua adaptasi yang aku lakukan dalam hidupku.
Semua Kulit Sawo :
Aku seorang pencipta lagu
dari ribuan dan bahkan lebih di luar sana. Pencipta lagu di luar ang sudah
memiliki bakat dan kemampuan yang tidak diragukan lagi. Tetapi apakah mereka
juga berangkat dari kesuksesan, pasti tidak. Semua akan berangkat dari awal.
Jalan pintas, bukanlah segala bagi pencipta lagu. Kala aku menilik film naruto
dia bercetus “ kalau ingin menjadi hokage, tidak dengan jalan
pintas. Semua bertahap”. Itu yang aku lakukan selama ini, merangkak dan menitih
pengalaman dari bawah. Aku pelajari apa yang telah ada dalam hidup yang
menyesatkan kini.
Semua Kulit Sawo :
Semua yang telah orang
lakukan, wajib kita hargai walaupun itu secuil. Entah bagaimanapun usahanya,
jelek ataupun buruk. Di daerah Brasil di kota Favela yang kumuh, kehidupan
ekonomi di pasok dengan narkoba. Keuntungan dibuatnya mendanai sekolah-sekolah,
posyandu, bahkan untuk kebaikan sesama, agar tetap hidup. Disitulah seseorang
harus mengetahui bagaimanpun usaha yang dilakukan setiap manusia haruslah kita
hargai. Ingat walaupun secuil saja.
Semua Kulit Sawo :
Kalian yang telah duduk
dan tidak memikirkan pencipta telah digemparkan menyali aturan yang ada. Tidak
mengenakan telinga. Ini mataku yang tidak akan pernah buta melihat kejadian
yang telah kau lakukan. Kalaupun itu adalah karyamu, kau juga pasti terpukul.
Akan semua orang yang terpukul akan merenungi kesedihannya?. Aku juga tidak
tahu, tetapi itu akan menyakitkan pastinya. Akupun sedikit sakit dan mencoba
melihat ke depan.
Semua Kulit Sawo :
Apa yang telah aku
ciptakan bukan sekedar sampah biasa, sampahpun masih dapat didaur ulang.
Begitupun laguku. Ketika banyak orang menggangap laguku adalah sampah,
akan aku daur ulang dengan teliti. Dan akan aku sampaikan, tanpa kalian tidak
harus memberi komentar dan saran yang menjatuhkan hati. Ingat dunia kritik juga
perlu penghargaan dari segi apapun. Jangan terpaut pada sebuah kata dan kalimat
yang membuat kau ketakutan menerapkannya.
SELESAI
Sumber Sampul: Cromoart.com
Comments
Post a Comment